Saturday, December 7, 2013

Snowflake rajutan

Desember sudah tiba dan dapat kiriman pola serba Natal, salah satunya adalah snowflake alias butir salju. Kecil mungil dan cepat selesai. Yang lainnya adalah coaster alias tatakan gelas. Semuanya serba putih, pertama karena punya benang putih lumayan banyak, kedua, biar mirip-mirip Winter di sono (entah negara mana, yang penting negara yang ada saljunya), ketiga, biar ada nuansa jadoel. 


kiri ke kanan: Snowflake, coaster snowflake dan coaster bunga laurel

December is coming and I got some new crochet patterns. One of them are snowflakes  The pattern and the crochet is small and quick to finish. Other patterns is coaster. I made all in white yarn, first, because I have many white yarns. secondly, to remind of winter in some countries (Indonesia never have winter), and third, white crochet reminds us of Classic Era (Victorian something). 


Sebenarnya banyak penggunaan dari pola-pola mungil ini. Pertama, bisa jadi seperti itu saja. Digantung pun sudah cukup menarik. Kalau saya lihat trendnya di Eropa dan Amerika, snowflake seperti ini kadang digantung di pohon Natal, jadi gak standar seperti di Indonesia yang cuma menggantungkan bola-bola saja. Waktu saya di Austria, banyak pohon Natal dihias secara kreatif oleh pemilik toko, misalnya menggantungkan sejumlah sweater rajutan mungil di pohon Natal, karena toko itu berjualan sweater dan mantel. 

Saya gak sediakan polanya, karena dilarang sama yang punya pola, tapi kalau menjual hasil jadinya boleh. Jika berminat silahkan hubungi saya. Harga per piece untuk snowflake di sebelah kiri adalah Rp 5.000/pc. Untuk kedua coaster harganya Rp 7.500/pc. Benang yang digunakan adalah benang rami dengan ketebalan 1 mm. Hubungi HP 0812 8115 0858 (ibu Pipit). 

Stok yang tersedia (7-12-2013) coaster bunga laurel 10 pc.

Tuesday, July 30, 2013

Cowl pink

Pertama kali saya lihat cowl, langsung jatuh hati. 

Cowl adalah semacam scarf tetapi pendek dan hanya melingkari bagian leher saja. Betul juga sih karena sebenarnya kalau cuaca dingin, yang sangat perlu dilindungi adalah bagian dada atas dan leher.  Kalau yang menjuntai-juntai lebih untuk gaya.  Saya sendiri menamakannya scarf lilit atau scarf gulung. Praktis dipakainya, karena langsung diloloskan lewat kepala, seperti memakai T-shirt.

Saya menggunakan benang minilon yang cukup tebal. Ternyata tidak semua pola cocok dengan benang ini. Kalau rajutannya terlalu rapat, scarfnya menjadi kaku, kalau rajutannya terlalu longgar, scarfnya terlihat seperti jala. Akhirnya, setelah mencoba beberapa macam pola rajutan, akhirnya benang minilon ternyata cocok dengan pola ini. 

Cowl standar

Pola yang digunakan untuk cowl ini sederhana sekali. 

Pertama, saya mengukur panjang cowl yang saya inginkan, yaitu meletakkan pita meteran melingkari atas kepala saya hingga ke dada saya. Karena cowl akan kita perosotkan dari atas kepala hingga jatuh melingkari leher kita. Ternyata panjangnya kurang lebih 70 cm.

Kedua, saya membuat tali air yang panjangnya kira-kira 70 cm, sambil menghitung 1 + 2 + 1. Karena untuk baris berikutnya kita akan membuat tusukan rajutan dimulai dari tusukan 1 (pertama), lalu lompati 2 tusuk rantai, lalu tusukan rajutan pada tusuk rantai berikutnya. Ini saya lakukan, supaya tidak ada tusukan yang berlebih atau kurang.

Ketiga, ketika tusuk rantai sudah cukup panjangnya, buat 3 tali air lalu buat 1 dc, lalu 1 tali air, lalu 1 dc di lubang yang sama dengan dc yang pertama. Lalu tanpa membuat tali air, buat 1 dc lagi tapi melompati dua tusuk air. Teruskan, maka akan membentuk huruf V.

Keempat, rajuta diputar, buat 3 tali air, lalu buat 1 dc, 2 tali air dan 1 dc di lubang tusukan yang sama. Begitu seterusnya, hingga mencapai tebal cowl yang diinginkan.

Cowl dengan menggunakan kancing

Kelima, kalau sudah selesai, pasang kancing. Tata dulu dan rancang, di mana akan meletakkan kancing. Kancing dijahit dengan benang jahit biasa. Atau, ujung dengan ujung cowl dijahit sehingga menggulung, memakainya langsung dari kepala diloloskan ke leher. 

Nah, jadilah scarf atau cowl yang gaya ini. 

Kalau mau beli cowl atau scarf lilit seperti ini juga boleh. Harganya Rp 120.000,- Sudah termasuk ongkos kirim untuk Jakarta dan Jawa Barat. Untuk saat ini (30 Juli 2013) baru tersedia warna pink, seperti yang ada di atas. Nanti kalau ada lagi warna lain, akan diberitahukan.  

Wednesday, April 24, 2013

Scarf Bunga Menjuntai

Sesuai namanya, scarf ini dikelilingi oleh bunga dan tangkai yang menjuntai-juntai, kesannya jadi feminin, unik dan tentu saja keren. 


Membuatnya tidak susah.

1. Buat tali air sepanjang scarf yang diinginkan. Saya ingin scarf ini bisa dililitkan di leher dan masih ada sisa menjuntai, jadi saya buat tali air yang mencapai ke daerah paha setelah dililitkan ke sekitar leher. Setelah jadi, ternyata panjangnya mencapai perut saja. Mengkerut, karena itu buat lebih panjang dari panjang seharusny.

2. Buat double crochet di sekeliling tali air tersebut.

3. Buat tripple crochet di atas lajur double crochet tersebut, tetapi tidak rapat. Buatlah 3 tripple crochet, lalu lompati satu tusuk lalu buat lagi 3 tripple crochet. Hasilnya akan ada lubang. Lubang tersebut tempat juntaian berada.

3. Nah, kalau sudah selesai, buat 5 tali air lalu buat 4 tusuk air lalu jarum dimasukkan ke titik keempat, sehingga menjadi cincin. 

4. Buat 2 tali air lalu masukkan ke lubang cincin itu. Buat 1 double crochet, lalu buat 2 tali air masukkan kembali ke lubang cincin. Jadilah satu kelopak bunga. Buat 4 kelopak bunga. Lalu buat 5 tali air dan dikaitkan ke lubang tripple crochet tadi. Nah, sudah jadi satu untaian bunga.

5. Untuk untaian bunga berikut, tali airnya cukup 3 tali air saja, sedangkan untuk kelopak bunganya sama. Jadi hasilanya berselang seling antara untaian bungan yang panjang dan untaian yang pendek.

6. Kalau sudah selesai mengelilingi scarf tersebut, ikat benang. 

Nah, jadi deh scarf keren dan unik ini. Warna bisa diganti dan divariasikan. Tadinya saya berencana untuk memadukan warna biru dan putih. Bagian tripple crochetnya berwarna putih, yang lain tetap biru. Tapi karena baru mau coba, jadi saya pakai satu warna saja. 

Kalau gak bisa bikin dan mau pesan boleh saja. Harganya Rp 200.000,-. Lamanya pengerjaan antara 1-2 minggu. Hubungi saya di 0858 1122 7868 atau pin BB 27ec901c.



.

Sunday, April 21, 2013

White Crochet Bracelet with sky blue beads

Hari Minggu enaknya bersantai-santai ria. Tapi lihat benang rajut, yah ingin membuat sesuatu juga. Sudah beberapa hari ini, saya ingin sekali mengasah kemampuan saya memadukan benang rajut dengan mote-mote. 

Karena saya punya mote-mote lumayan banyak, jumlah dan jenisnya. Jadi sayang juga kalau dibiarkan begitu saja. Kali ini saya mengambil benang rajut putih yang saya padukan degan mote-mote biru muda transparan.

Pertama-tama, ukur dulu pergelangan tangan kita atau orang yang akan memakai gelang ini. Gelang yang saya buat ini berukuran 17 cm. 


Jadi saya masukkan mote-mote ke dalam benang rajut kurang lebih sekitar 15 cm. Saya memasukkan mote-mote agak banyak, lebih baik berlebih daripada kurang.

Kemudian saya buat tali rantai sepanjang 17 cm, lalu buat 4 rantai lagi dan dimasukkan ke titik ke-4. Lengkungan tali rantai ini berguna untuk menjadi kaitan gelang. Kalau mote-motenya kecil, maka tali airnya dikurangi. 



Kemudian setelah beberapa double crochet, masukkan mote-mote, satu per satu. Untuk gelang ini, saya buat berjarak 3 double crochet, sehingga tidak terlalu rapat satu sama lain.



Usahakan mote terakhir tidak terlalu jauh dengan kaitan yang kita sudah buat di awal. 




Gelangnya sudah jadi. Sederhana tetapi cantik, kan.



Gelang yang sudah jadi dipakai di pergelangan tangan saya. Kebetulan saya memang tidak bisa memakai perhiasan dari logam, termasuk gelang emas. Jadi gelang rajutan ini cocok untuk saya.  




Jika mau memesan, harga gelang ini Rp 15.000,-. Sebutkan ukuran dan warna benang yang diinginkan. Saya bisa dihubungi di 0858 1122 7868 Pin BB 27ec901c.

Thursday, April 18, 2013

Gelang rajutan dengan mote

Saya punya mote atau bead lumayan banyak, jaman masih hobi membuat mote-mote, dan sekarang sisanya cukup banyak. Ternyata, mote-mote ini masih bisa dimanfaatkan menjadi sesuatu yang menarik,  yaitu gelang dengan mote-mote.
I have many packs of beads, because I like making jewelry from beads, too. Now, I can use these beads for making jewelry, too. And it's cute enough.



Membuatnya cukup mudah, sama saja seperti merajut seperti biasa, hanya mote-motenya dimasukkan terlebih dahulu. Banyaknya mote tergantung dari seberapa banyak kita memakai mote di gelang tersebut. Tusuk yang digunakan di sini adalah tusuk single crochet, sehingga gelangnya berkesan rapat. Variasi tusuknya sebenarnya suka-suka, kalau mau agak longgar, buat saja dengan tusuk double crochet.
It's not so difficult to make this bracelet. Similar like as usual crochet, just we put beads in the yarn before we start crocheting. How many beads we put, it depends on how many beads we like to have in our bracelet. 
Here I am using single crochet, so the bracelet looks so tight. You can use double crochet, if you like it.  



Warnanya lagi-lagi warna Indonesia banget. Iya, soalnya kebetulan mote yang saya keluarkan adalah yang berwarna putih, dan benang yang ada di hadapan saya adalah merah. Jadi inilah yang dibuat pertama. Padahal saya punya banyak benang warna-warni. 
Again, I am using red and white. Yup, because the yarn in the front of me was red and the beads are white :). I will make this bracelet with other colors, if I have time.



Kalau malas buat, dan maunya langsung jadi juga boleh. Harga gelang rajutan dengan mote ini Rp 25.000,- per piece, di luar ongkos kirim. Jadi mau mesannya sekalian saja ya. Minat? Hubungi saya di 0858 1122 7868 atau BB 27ec901c. Oh ya, sebutkan panjang gelang yang diinginkan.

Scarf pola Nanas coklat dan salem

Di Eropa trendnya adalah merajut dengan benang besar, supaya cepat selesai dan bisa langsung dipakai, langsung pamer punya scarf baru dan satu-satunya, iyalah, bikin sendiri. 


Pantesan aja ketika mencoba pola yang dibeli di Austria, kok gak ada yang pas. Rupanya salah ukuran benang. Untung aja akhirnya setelah muter-muter sekian pasar dan mall, ketemu juga benang wol yang cukup besar diameternya, jadi dicobalah membuat scarf ini. Pola scarf ini adalah pineapple alias nanas. 



Oh ya, trend scarf di Eropa adalah scarf yang melinting model begini, semakin melinting, semakin keren. Padahal dulu-dulu waktu mulai belajar merajut, merasa gagal terus karena rajutan saya selalu melinting..... ternyata ....... 

Bikinnya di sela-sela waktu saja, paling 15-30 menit, kalau diseriusin sekian jam malah jadi bosan. Lumayanlah untuk membunuh waktu ketika menunggu seseorang atau menunggu makanan dihidangkan.

Kalau ada yang berminat, boleh juga memesan scarf ini. Harganya? Mmmm, sekitar 200 ribuan kali ya... Karena benangnya mahal. benang yang saya pakai ini harganya Rp 45.000/gulung. Kirim via email saja: fit_3a@yahoo.com.

Gelang Rajutan

Rajutan ternyata keren juga dijadikan perhiasan. 
We can make a jewellery :)

Kali ini saya membuat gelang dari benang rajut. Kebetulan yang dibuat pertama kali adalah warna yang Indonesia banget yaitu Merah Putih. Tentu saja nanti akan menyusul warna warni lainnya dan diupload di sini.

This time I make a crochet bracelet. And just a coincidence that the first bracelet I made is very Indonesia: red and white. Of course, I will make other bracelets in different colors and I will upload it later here.     



Ukuran lingkar gelang adalah 15 cm. Jika mau memesan, beri tau lingkar pergelangan tangannya dan juga warna yang diinginkan.
The length of this bracelet is 15 cm, which is the wrist of a child. You can make as longer as you wish.




Pembuatan gelang ini sih sebenarnya tidak lama, tapi pembuatan akan tergantung dari kesibukan saya dan jumlah pesanan yang sudah masuk, jadi nanti akan dikonfirmasi kapan jadinya. 
To make this this bracelet is only 30 minutes or less. 




Harga gelang ini Rp 15.00,- per piece. Di luar ongkos kirim. Jadi lebih baik memesannya sekaligus banyak, biar ongkos kirimnya sekalian. Saya bisa dihubungi di 0858 1122 7868 atau Pin BB 27ec901c.




Sunday, April 14, 2013

Tatakan gelas dari kantong kresek


Sudah bertahun-tahun saya menolak pakai kantong kresek. Bahkan sebelum ada kampanye anti tas plastik. Jadi kalau belanja, barang yang saya beli langsung masukkan ke tas saya,  atau saya gabung dengan belanjaan yang lain. Meski demikian, tetap saja tumpukan plastik  kresek di rumah tak terhindarkan. Sebagian saya berikan ke warung dekat rumah, yang agak besar saya re-use dan jadikan tempat sampah.

Nah, kali ini kantong kresek saya ubah jadi tatakan gelas. Kantong plastik yang tipis saya potong-potong dengan lebar kurang lebih 2-3 cm memanjang, lalu diikat satu sama lain dan dirajut. Polanya sederhana saja, malah sebenarnya gak pakai pola, jadi suka-suka saja, ketemu polanya pas mau bikin.

Kalau anda tidak bisa merajut, dikepang saja atau gunakan teknik macrame yang diajarkan jaman kita SMP dulu. Jangan minta saya untuk membuat tatakan gelas ini ya, karena saya mengajarkan cara merajut di blog saya yang namanya ada di foto tersebut.
Mudah-mudahan langkah kecil ini bisa membantu mengurangi sampah dan menjaga lingkungan hidup.

Tatakan gelas dari kantong kresek. Coaster from plastic bags.

Coaster from used plastic bags - I am trying to use plastic bags as minimum as possible for years and deny to be given plastic bags if I buy something. However the plastic bags are still tons at home. I share it to the small warung close to home. And I re-use some thin plastic bags into something - Coaster!!. 

Cut the plastic bags like a rope, tie and crochet it. 

Don’t ask me to make this coaster for you :) I will teach you how to crochet it in my blog www.merajut-itu-asyik.blogspot.com. If you can’t crochet, you still have opportunity to re-use those, you can try “kepang” techniques or macrame. Google and youtube provide some lessons about this. A small step to reduce plastic garbage and to protect environment.


Saturday, April 6, 2013

Beberapa hasil rajutan pola Crochet si Nenek

Waktu pertama kali mendengar nama pola ini, aneh dan lucu juga ya, yaitu Granny alias "nenek". Saya tidak tau kenapa namanya seperti itu. Mungkin karena salah satu model jadul dari jaman dahulu kala kali ya. Yang jelas, pola ini gampang dibuatnya, bisa dipadu padankan dengan macam-macam warna dan bisa dijadikan macam-macam. 

Hasil rajutan dengan motif Granny. Benang yang saya pakai di sini adalah benang Minlon, tebal dan besar, jadi hasilnya pun besar. Blackberry saya saja kalah besar :D
  

Rajutan dengan motif Granny yang saya buat di atas, saya buat dengan benang Minlon yang cukup tebal. Awalnya, saya mau buat syal, tapi ternyata hasilnya besar banget. Mau buat semacam syal dengan kancing untuk menutupi bagian pundak dan dada saja, tapi saya kok gak yakin kalau hasilnya akan bagus. Jadi untuk sementara, saya diamkan dulu. 

Rajutan motif granny ini bisa dibuat dengan macam-macam ukuran. Ukuran mini, misalnya kalau menggunakan benang sulam (jarumnya juga pasti kecil), bisa dijadikan bandul kalung. Saya ingin sekali buatnya, kayaknya lucu deh. Sudah mulai bongkar-bongkar benang sulam saya dan mencuci sebagian yang kotor karena saya tidak memasukkan ke dalam boks khusus benang sulam. Nanti kalau sudah jadi, saya tampilkan di sini. 

Ada juga rajutan motif granny yang sedang saya rencanakan untuk menjadi blus. Warnanya pink dan ungu, kalau buat saya, warnanya manis dan girly banget. Tapi, nanti dulu ya, karena saya kehabisan benangnya, dan sewaktu ke tokonya untuk membeli benang yang sama, benangnya juga tidak ada, karena Jakarta beberapa waktu lalu hujan lebat selama dua minggu, tidak ada yang mengantar barang, demikian kata yang punya toko. 

Granny dari benang katun, saya mau buat syal atau blus. 
Polanya menyusul yah, karena kerjaan buanyak banget dan semuanya deadline nya dekat ....

Sunday, March 31, 2013

Macam-macam benang rajut

Benang untuk merajut ada banyak jenisnya, demikian juga warnanya. Makin banyak warna, semakin banyak pilihan kita memadu madankan warna untuk rajutan kita. Meski, kalau dana terbatas atau gak pengen ribet karena kebanyakan benang berseliweran di rumah, beli satu atau dua warna saja sudah cukup. 

Benang yang sedang saya sukai adalah benang katun. Rencana awal sih mau bikin blus. Biar sejuk dipakainya. Harga per gulungnya Rp 12 ribu. Belinya di pasar Puri Indah, karena dekat rumahh. 

Ketebalan setiap benang ini berbeda-beda, saya mencari yang ketebalannya mendekati, supaya pas dikombinasikan, ketebalan barang rajutan sama. 

Benang katun. Cotton yarn


Saya juga punya benang Minilon. Beli di Pasar Puri Indah, Jakarta. Harganya Rp 12 ribu segulung. Rencananya untuk bikin syal. Lumayan tebal, jadi bakalan cepat selesai dan yang penting dipakainya hangat. Bagus kalau dipakai di ruangan AC saat meeting. Alternatif memakai syal.

Benang minilon. Sepintas seperti benang wol, tapi kata si Tante penjual benang ini, benang minilon ini adalah benang campuran dan bukan wol. Panas kalau dipegang kelamaan.
Minilon is not worsted yarn, and it's a bit hot if we hold a bit longer and when I crochet with this yarn. 

Beda benang, beda merek, beda ketebalan juga, lho. Karena itu kalau membuat rajutan dengan mengikuti sebuah pola, bisa jadi hasilnya beda, terutama ukurannya. Jadi memang mesti perhatian banget sebelum merajut. Kalau bikin taplak atau scarf sih gak apa-apa, tapi kalau bikin baju, wah, mesti bongkar ulang dan tambah sana sini.    

Ketebalan benang yang berbeda-beda. Sebelah kanan adalah benang minilon, tengah katun, kiri benang wol buatan Jerman.  



Friday, March 29, 2013

Berburu jarum hakpen

Jarum merajut atau sering disebut hakpen. Ukurannya macam-macam dan bahannya macam-macam. Di pasaran tersedia banyak merk. Saya punya beberapa jarum dengan berbagai ukuran dan saat ini punya yang terbuat dari material stainless steel dan plastik. Sebenarnya ada dari kayu juga, tapi saya tidak tahu di mana belinya. 

Koleksi hakpen saya saat ini. Entah  yang tercecer di mana-mana. My hook collections.


Trendnya di Eropa saat ini adalah membuat rajutan dari benang yang ukuran diameternya tebal atau mereka sebut dengan benang chunky. Dengan demikian, jarum hakpen yang dipakai juga jarum dengan ukuran besar. Supaya cepat selesai, kayaknya, ha ha ha.

Tetapi saya kesulitan meniru pola blus dari buku yang saya beli di Austria. Kok hasilnya kecilllll banget, gak sesuai dengan gambar. Pas saya baca-baca lagi, ternyata benangnya besar dan hakpen yang dipakai juga besar. Ukuran hakpennya misalnya 7 mm, 9mm, saya cek jarum punya saya, ternyata cuma 2mm, waduh, dimana saya bisa mendapatkan hakpen semacam ini?

Gayung bersambut, ketika mengajar, ada murid kecil saya yang membawa jarum yang katanya jarum mainan, warnanya ungu. Saya senang sekali melihatnya. Saya tanya, dimana belinya. Dia bilang, meminjam dari seorang temannya jadi dia tidak tau harga dan dimana membeli hakpen tersebut. 

Saya pun meminjam jarum tersebut dan merajut benang wol berdiameter tebal yang saya punya, yang seharusnya digunakan untuk membuat karpet. Woow, baru saya menyadari, inilah jarum yang saya cari untuk membuat blus rajut sesuai pola dari Austria itu.

Saya membawa jarum tersebut ke Hobby Craft di Citraland yang merupakan langganan saya membeli benang sulam dan wol. Mereka tidak punya. Dulu sih ada, tapi sekarang stoknya sudah lama habis, dan mereka tidak tau kapan ada lagi. Wah, nyesel juga  sewaktu di Wina, ada toko yang sedang diskon jarum ini, cuma 1 Euro kalau gak salah. Cuma saat itu saya gak tau kalau yang digunakan adalah jarum seperti ini dan ternyata jarumnya tidak ada di Indonesia. 

Ketika saya ke Kuala Lumpur Januari 2013 untuk suatu pekerjaan, saya membawa jarum pinjaman itu. Seingat saya, di daerah Petaling ada sebuah toko benang yang cukup besar dan lengkap. Saya membeli beberapa pola karpet di sana April 2010. Sayangnya, ketika saya tiba di Kuala Lumpur, hari sudah sore, tokonya tutup jam 6 dan besoknya libur selama beberapa hari, dan akan buka ketika saya sudah kembali ke Jakarta. 

Gak mau rugi, karena sudah ada di KL dan terutama penasaran untuk mendapatkan hakpen tersebut, langsung saja saya browsing di internet dengan kata kunci "beli benang di Kuala Lumpur", keluarlah beberapa nama toko benang. 

Seru juga ya, karena banyak orang Indonesia dan juga orang Malaysia menulis di blog mengenai nama-nama toko tersebut dengan lengkap berikut peta dan alamatnya. Saya ke Jet Sun Handicraft Center yang terletak di Sungai Wang Plaza, karena dekat dengan hotel saya. 

Saya tunjukkan jarum tersebut, voila, mereka punya!!! Meski tidak punya ukuran yang sama, tapi saya senang luar biasa. Mission accomplished :D

Hakpen plastik yang saya incar. 
Harganya RM 15 per piece atau sekitar 45 ribu rupiah. Saya beli 3 sekaligus. Kalau ada ukuran yang lebih kecil atau lebih besar mungkin saya beli juga. Soalnya saya hobi koleksi. Dan sekarang, saya lagi suka merajut dengan jarum yang besar ini. Pertama, cepat selesai, karena benangnya besar-besar. Kedua, mungkin karena terbuat dari plastik, merajut dengan benang ini membuat tangan dan jari tidak sakit. Kalau ketemu lagi yang ukurannya lebih kecil, saya mau beli lagi. 

Oh, kalau ada yang tau di mana bisa beli hakpen dengan bahan kayu, please tell me. I would like to collect them, too.  


Buku-buku rajutan dari Eropa

Di Indonesia jarang ada buku rajutan. Sekalinya ada, buatan Jepang dan harganya mahal bowww. Pasti di atas 150 ribu, rata-rata sih 200 ribu. Sekarang sih mulai banyak yang membuat dan menyusun buku rajutan, berdasarkan pengalaman mereka dan juga untuk mengisi kekosongan buku rajutan. 

Sewaktu saya ke Austria, saya menyempatkan diri untuk berbelanja buku rajutan. Karena model-model rajutan dari Eropa sangat bagus dan yang penting sesuai dengan selera saya. 

Duluuuu jaman kuliah, ada teman yang mendapat kiriman buku rajutan dari Jerman. Modelnya bagus-bagus dan harganya juga cukup memadai. Jadi, kalau ada yang pergi ke Jerman, saya minta tolong dibawakan buku rajutan atau cross stitch. Saya bayarin gak apa-apa deh. Tapi pas pulang mereka bilang, mereka tidak tau di mana mendapatkannya. Ya, bisa jadi karena mereka memang tidak hobi, jadi tidak tau tempat jualnya. 

Tapi ketika saya ke Austria, membeli buku rajutan merupakan salah satu prioritas saya (ha ha ha, niat banget yakkk). Ternyata toko benang (khusus menjual benang untuk merajut) ada banyak di mana-mana, baik di Wina maupun d Graz. Fakta ini mengejutkan saya. Berarti orang bule, khususnya orang Austria sangat suka merajut.  

Nah, ini sejumlah buku yang saya beli di sana. 

Buku rajutan untuk membuat blus. Saya pilih yang untuk summer, jadi bisa digunakan di Indonesia. 

Saya pilih yang untuk crochet saja, tidak yang knitting. Oh ya, bedanya crochet adalah jarumnya menggunakan satu jarum atau hakpen. Dalam bahasa Jerman crochet disebut häkeln. Knit atau knitting menggunakan dua jarum. dalam bahasa Jerman disebut stricken, kalau bahasa Belandanya kalau tidak salah brayen (sorry kalau salah menulisnya, orang-orang menyebutnya seperti itu, nanti saya cek lagi tulisan yang sebenarnya). 

Buku untuk membuat taplak dan sodara-sodaranya.... 


Satu buku atau majalah  ternyata punya tema atau spesifikasi tertentu. Jadi saya beli juga cara membuat sarung tangan, syal dan topi untuk musim dingin. Bikin dulu, siapa tau besok diundang lagi ke Austria atau bagian lain dari Eropa. 


Saya cuma bisa crochet, meski sempat belajar knit. Gak tanggung-tanggung, belajarnya di Kuala Lumpur, Malaysia, he he he. Iseng amat yak. Nanti ceritanya yah, kalau enggak nanti ceritanya melebar.  

Harga buku ini berbeda-beda di setiap negara di Eropa, meski sama-sama Euro. Majalah Diana misalnya, di Jerman E 2,20, Austria E 2,55, BeNeLux E 2,60, Ceko Kc 60, Swis SFR 4,40, Slovenia E 2,55, Slovakia E 3,00, Hungaria Ft 765. 


Merajut bunga mawar

Bunga khususnya bunga mawar merupakan bunga favorit kaum perempuan. Bunga favorit saya sih bunga padang rumput. Lebih keren buat saya. Tapi kesukaan orang kan beda-beda ya, dan pola bunga rajutan yang tersedia adalah bunga mawar. Jadi ayo merajut bunga mawar. 

Saya punya beberapa pola merajut bunga mawar. Salah satunya ini. Membuatnya mudah dan hasilnya cantik. Cuma, tetep ada cumanya. Kita harus menggulungnya, menjahitnya hingga berbentuk bunga mawar. Nah, saya malas banget bikin finishing touch-nya. Jadi banyak yang meminta bahkan mau membeli, tapi saya tolak, karena saya malas pindah dari jarum rajut ke jarum jahit. Apalagi kemudian memasang atau menjahit peniti bros. Nanti kalau sudah mood memegang benang dan jarum jahit untuk menyatukan, baru saya pegang, he he he.

Benang yang saya gunakan adalah benang wol berukuran cukup tebal, sehingga hasil akhirnya cukup besar.  I used thick worsted yarn, so the result is a very big rose. 
Nah, ini polanya:
1. Buat tali air, tusuk rantai atau chain (pola bule pakai istilah ini) sebanyak 57 buah. 
Tapi banyaknya tusuk rantai ini tergantung dari besar atau kecilnya bunga mawar yang kita ingin buat. Dan juga tebal atau tipisnya benang yang kita gunakan. Saya membuat mawar dengan menggunakan dua jenis benang, dan hasil ukurannya jelas berbeda. Ha ha ha, namanya juga orang iseng dan senang bereksperimen. Lagipula benang yang kita beli di pasar sering berbeda. Jadi ukurannya juga akan berbeda.

2. Oh, ya, sebelum membuat tali air atau tusuk rantai, sisakan benang di ujungnya sepanjang 20-25 cm. Gunanya nanti, sisa benang di awal tali air akan digunakan untuk merajut atau menyatukan mawar sehingga menjadi mawar yang diinginkan. 

3. Setelah tusuk rantai mencapai hitungan 57, buat double crochet pada titik keenam dari tusuk rantai terakhir (nanti saya kasih tau cara membuat double crochet dan saya buat link ke artikel ini). 

4. Lalu buat 2 tusuk rantai, masukkan jarum ke titik ketiga dari lubang yang ada double crochet pertama. Jadi ada jarak dua lubang antara double crochet yang satu dengan double crochet kedua. Buat dua tusuk rantai, lalu ambil benang untuk membuat double crochet, masukkan di lubang yang sama. Nanti hasilnya akan terlihat seperti segitiga.

5. Lanjutkan sampai lubang dengan double crochet nya berjumlah 36 buah. Hal ini akan membuat lubang-lubang di rajutan tersebut dan terlihat melinting.

5. Buat 3 tusuk rantai, balik. 

6. Buat 5 double crochet yang dimasukkan ke bawah lubang-lubang yang sudah kita buat tadi.  Setelah selesai 5 double crochet di satu lubang, pindah ke lubang yang lain. Buat single crochet di lubang setelahnya. Sehingga membentuk lengkungan seperti kelopak. Lakukan hingga semua lubang terisi dengan double crochet.

Rajutan bunga mawar yang sudah jadi. Saya membuatnya dari  benang wol tebal buatan Jerman, tapi belinya di Kuala Lumpur Malaysia. Hasil jadinya ternyata sebesar Blackberry saya, ha ha ha.  


7. Jika selesai, matikan rajutan dengan cara memasukkan benang ke dalam rajutan. 

8. Gulung rajutan, hingga membentuk mawar. Jahit untuk menyatukan gulungan tersebut dengan benang yang kita sisakan sejak awal. 

9. Mawar bisa kita jadikan bros, bisa juga kita jahit ke topi, syak, baju pokoknya tempat-tempat yang mungkin deh. Suka-suka kita, lah :D    

Kumpulan bunga mawar yang saya buat dari benang rajut katun. Yang besar, saya buat dengan  tusuk rantai sebanyak 57 pc sesuai pola. Yang di bagian belakang atau mawar kecil saya buat dengan mengurangi jumlah tusuk rantai.
Crocheted rose I made from cotton yarn. The big roses were made accordingly to the original pattern 57 chains. I decreased the number of chains to make the small roses. 


Awal cerita memegang benang dan jarum rajut

Saya kenal merajut sejak SD, ketika melihat kumpulan benang nenek saya yang kita panggil Emak. karena beliau sudah tua, gulungan benangnya bercampur satu sama lain, dan saya suka membereskannya. It was really enjoying melihat jalur benang yang terkait satu sama lain, kemudian saya membereskannya. 

Saya kemudian mulai memegang jarum rajut dan benang. Emak mengajarkan saya, tapi kayaknya beliau mengajarkannya tidak tuntas, entah saya yang kelihatannya malas atau karena beliau sudah sepuh, jadi ngajarnya juga gak serius. Saya pun mulai merajut, hasilnya melinting. Tapi kalau cuma bikin tali rantai atau chain, sampai menyambung menjadi beberapa lapisan, okelah. Tapi karena masih anak kecil, minat yang ada gak dipupuk, jadi lenyap begitu saja, apalagi saya tidak tau dimana membeli benang dan jarum itu. 

Benang kuning, karena saya suka warnanya yang cerah menceriakan hari. I like this  yellow yarn, because it colors my days.


Tante saya ternyata suka dengan benang dan jarum juga, tetapi lebih kepada kristik atau cross-stitch. Beliau juga punya benang dan macam-macam jarum rajut juga. Tapi saya punya buku pola kristik, karena dijual di toko buku. Jadi saya mulai membuat kristik. And it was interesting. Tapi sekali lagi, saya tidak tahu di mana membuat bingkainya, dan bingkai cukup mahal untuk kantong seorang anak SD. 

Ketika SMP dan SMA saya melupakan rajut merajut. Tidak ada waktu. Punya beberapa adik dan kegiatan sekolah yang padat, cukup menyita waktu. Waktu luang lebih baik digunakan untuk tidur. 

Ketika kuliah dan mulai punya penghasilan dari mengajar les privat, saya tertarik lagi dengan benang dan jarum. Saya membuat tempat pensil dari benang wol dengan warna bendera Jerman, karena saya kuliah di IKIP Jakarta jurusan bahasa Jerman. Ternyata banyak yang tertarik, dan memesan. Saya sih senang aja, karena bisa jadi tambahan. Tapi ternyata membuat tempat pensil ini bikin jari-jari saya sakit. Mungkin teknik saya salah, karena teman-teman dari jurusan lain yang berbisnis rajutan asyik-asyik aja tuh membuat rajutan ini. Sampe dijual di bazar kampus segala.

Di sebuah pameran, saya bertemu dengan sekelompok ibu-ibu cantik dan gaul yang menjual macam-macam hasil rajutan dan ternyata mereka membuka kursus merajut juga. Saya pun tertarik untuk ikut kursus. Saya sadar teknik merajut saya parah. Karena saya mencoba berbagai pola, tapi hasilnya selalu melinting. Kata orang, karena saya menarik benang dan rajutan terlalu kuat. 

Ikut kursus cuma sekali, karena kata mereka, yang penting latihan dan latihan. Saya latihan terus menerus, tapi hasilnya sama yaitu melinting, terus.

Nah, ketika mendapat beasiswa ke Austria bulan Oktober - November 2012 lalu, saya membeli sejumlah buku rajutan Austria, karena ketika kuliah, ada teman yang mencapat kiriman buku rajutan dari Jerman, dan cantik-cantik modelnya, dan harganya murah. Saya menitip buku semacam itu kepada orang yang pergi ke Jerman, tetapi tidak ada yang tau di mana tempat membelinya. Ternyata di kota Wina dan Graz banyak sekali toko benang!!! Nanti saya cerita tentang hal ini pada postingan berikutnya.

Sekarang saya merajut lagi, eh, ternyata hasilnya bagus, tidak melinting lagi, kalaupun melinting tidak separah hasil yang terdahulu.

Orang Jerman bilang, Übungen macht Meister. Banyak latihan membuat kita mahir. Yuk, merajut.....